Pemain Keturunan Tionghoa Punya Peran Besar di Perjalanan PERSIS Solo

Pemain Keturunan Tionghoa Punya Peran Besar di Perjalanan PERSIS Solo. Di momen peringatan Hari Raya Imlek 2023, cukup menarik jika kita membahas soal sinergi antara etnis tionghoa dengan sepak bola di Kota Solo.

Perkembangan keturunan Tionghoa di sepak bola Indonesia, memang tak sebanyak di cabor bola basket maupun bulu tangkis. Namun di zaman dahulu, banyak pemain sepak bola hebat di Bumi pertiwi berasal dari etnis tionghoa.

Di PERSIS Solo ada satu nama yang jadi bagian dari skuad musim ini, dan dia berdarah keturunan tionghoa, yakni Sutanto Tan. Performa Sutanto Tan di tim Persis musim ini memang cukup besar. Bahkan bisa dibilang dia jadi kekuatan Laskar Sambernyawa di lini tengah.

Sebelum di PERSIS, dia sempat membela banyak tim, mulai dari PERSIJA Jakarta (201-2017), Bali United (2018), PSIM jogja (2019), dan terakhir di PSMS Medan (2021).

Sebelum Sutanto Tan datang ke Bumi Bengawan, cukup lama pemain etnis Tionghoa tidak bergabung dengan Persis Solo. Era terakhir mungkin ada pada sosok Isnugroho, yang sempat membela PERSIS di akhir 1980 an di zaman perserikatan.

Tapi jika kita bicara soal jejak etnis tionghoa dengan Laskar Sambernyawa, tentu harus ditarik ceritanya jauh lebih ke belakang. Tepatnya tumbuh dari sebuah klub bernama TNH yang sudah eksis jauh sebelum Indonesia merdeka. TNH awalnya jadi anggota VBS (Voetbal Bond Soerakarta).

VBS adalah saingan Persis Solo di era 1930 an hingga 1940 an. Kalau PERSIS pemainnya beranggota dari kaum pribumi, VBS bentukan kolonial Belanda pemainnya dari berbagai sosok. Mulai dari orang Belanda, etnis tionghoa, etnis arab, hingga kaum pribumi yang bekerja di perusahaan milik belanda.

Baca Juga : Leonardo Medina Beberkan Kunci Kemenangan Melawan PERSIJA

Tahun 1930-1940

Di tahun 1930 an hingga 1940 an, di Solo ada tiga organisasi sepakbola. Mulai dari Persis Solo yang terjun di kompetisi PSSI, VBS yang terjun di kompetisi NIVB, hingga SVB (Solosche Voetbal Bond) yang merupakan organisasi pemain sepak bola dari etnis tionghoa di Kota Solo.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, VBS akhirnya harus dibubarkan. Beberapa anggotanya, seperti TNH, Sparta, hingga Al Ittihad akhirnya memutuskan gabung jadi bagian dari keanggotaan Persis Solo. Namun diantara tiga nama ini hanya Al Ittihad, yang sudah tidak eksis lagi.

Dulunya Al Ittihad beranggotakan pemain dari etnis Arab. Bisa dibilang 15 bintang yang kini menempel di lambang Persis Solo, salah satunya menyimbolkan klub TNH.

Di era 1930 an, pemain Tionghoa asal Solo yang kualitasnya cukup memukau di lapangan hijau antara lain adalah Giok Sing, Biauw Tjwan, Djin Swan, hingga King Gwan. Lalu di Di tahun 1940an, pemain Tionghoa yang cukup dikenal publik Solo antara lain adalah Kok Bie, Hwang Kie, hingga Tjiang Tiong.

Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah Indonesia merdeka, pemain kunci TNH yang jadi pemain kunci Persis di kompetisi PSSI antara lain adalah Pin An, Ping Tjiang, hingga Pa Hang di era 1950an. Berlanjut di tahun 1960an, ada nama-nama seperti King Hian, hingga Oei Ngo San jadi kekuatan Laskar Sambernyawa.

Namun prestasi terbaik Persis di era ini muncul di kompetisi musim 1968/1969 dan 1970/1971. Dimana PERSIS sukses menjuarai kompetisi PSSI zona Jateng. Pemain bintangnya dari etnis tionghoa kala itu adalah Hong Widodo, Frans Setiabudi, hingga Biek Tjong.

Skuad Persis Solo di kompetisi PSSI musim 1968/1969
Skuad Persis Solo di kompetisi PSSI musim 1968/1969

Namun bisa dibilang karena kejadian mencekam di tahun 1965 yang mendera kota Solo dan Indonesia, membuat pemain etnis tionghoa terjun di sepak bola juga semakin sedikit.

Rasisme mulai muncul, dan blak-blakan dilontarkan ke pemain berketurunan Tionghoa.

“Saat itu teriakan bernama seperti itu (rasis) memang muncul. Banyak kawan seangkatan saya pilih pensiun atau tak mau main bola lagi. Kalau saya masih aktif sampai akhir 1970 an. Saya tidak bisa jauh dari sepak bola,” ucap Hong Widodo, eks pemain Persis musim 1960 an hingga 1978.

Situasi ini juga membuat eksistensi TNH jadi ikut terganggu. Mungkin karena situasi inilah, akhirnya mayoritas pemain TNH kini lebih multi etnis, dan tak lagi khusus hanya jadi simbol eksistensi pemain tionghoa di lapangan hijau.

Tapi tetap, penerusnya tetap mengembangkan TNH hingga hari ini, dan masih jadi bagian dari 26 klub anggota PERSIS Solo.

(Okta Riska/Foto : Arsip Balai PERSIS)


Leave a comment

Sign Up Now

Become a member of our online community and get tickets to upcoming matches or sports events faster!