
SAMBERNYAWA.COM – Pemberlakuan regulasi yang melarang kehadiran suporter tamu pada ajang BRI Super League 2025/2026 dianggap sebagai bentuk pelepasan tanggung jawab oleh pihak federasi dan operator kompetisi.
Larangan away yang diberlakukan kepada suporter tamu telah memasuki musim keempat jika diberlakukan pada BRI Super League 2024/2025. Kebijakan ini sudah berjalan sejak meletusnya Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022.
Baca Juga: Suporter Persis Kritik Keras Pemberlakuan Larangan Suporter Tamu di Super League 2025/2026
Pegiat Pagar Hijau Manahan, Aditomo SN, menyoroti soal sikap federasi dan operator yang cenderung melepas tanggung jawab. Menurut dia, pemberlakuan larangan away ini membuktikan jika pihak berwenang tidak ingin direpotkan untuk membenahi sistem keamanan secara menyeluruh.
“Larangan away bagi suporter saat kompetisi berlangsung selalu menjadi opsi yang dipilih oleh Federasi atau I.Leauge untuk melepas tanggung jawab dalam menyiapkan skema yang sebenarnya bisa diupayakan agar suporter away bisa tetap hadir,” kata Aditomo SN, Kamis (7/8/2025).
Selanjutnya Pertanyakan Rekomendasi FIFA ►
Pertanyakan Rekomendasi FIFA soal Larangan Tamu
Selama ini, federasi dan operator selalu mengacu kepada rekomendasi FIFA dalam memberlakukan kebijakan tersebut. Akan tetapi, tidak ada transparansi yang dari pemangku kebijakan soal rekomendasi yang dimaksud.
“Hal yang selalu menjadi pijakan dari regulasi tersebut adalah turunan regulasi diambil dari rekomendasi FIFA selaku organisasi tertinggi di dunia. Namun transparansi atas surat tertulis bahwa FIFA yang menjadi acuan bahkan tak pernah dirilis,” ujar dia.
Hal semacam ini tentu semakin memunculkan polemik di kalangan suporter. Bahkan, tak sedikit yang mulai meragukan soal keberadaan rekomendasi dari induk organisasi sepak bola dunia tersebu.
“Tentu hal tersebut menimbulkan keraguan karena pada akhirnya suporter menyimpulkan memang tak pernah ada rekomendasi yang pernah dikeluarkan FIFA kepada Federasi PSSI. Artinya PSSI atau I-League hanya mencari alasan karena tak mau direpotkan untuk masalah-masalah yang ada pada kompetisi lokal,” katanya.
Baca Juga: Persis Solo Gelar Seleksi Akademi Usia Muda Jelang Musim 2025/2026
Tomo menyoroti perbedaan perlakuan antara pertandingan Timnas Indonesia dengan kebijakan yang diterapkan di kompetisi domestik. Sebab, saat tim nasional berlaga, suporter tamu beberapa kali diperbolehkan hadir.
Menurut dia, kebijakan semacam ini menghambat agenda-agenda pertemuan dan silaturahmi antarkelompok suporter yang menjadi salah satu kultur persepakbolaan di Tanah Air.
“Bagaimana bisa pertandingan internasional yang melibatkan Timnas tak diterapkan regulasi yang sama, tapi bagi suporter di kompetisi lokal aturan tersebut masih saja diberlakukan,” kata dia.
“Kalo ditanya perasaan jelas kecewa karena harusnya sepakbola dapat dirayakan baik kandang atau tandang. Perjalanan away yang dibatasi membuat akhirnya silaturahmi antara suporter grassroot kian sulit dibangun,” imbuhnya.(**)
Baca berita Sambernyawa.com lainnya di Google News