Irfan Bachdim Kritisi Wacana Pengurangan Kuota Pemain Naturalisasi. Wacan pembatasan pemain naturalisasi di Liga 1 mendapat banyak sorotan dan kritik pedas. Seperti diketahui ada wacana regulasi baru untuk Liga 1 musim depan.
Dimana pemain asing yang bisa direkrut musim depan, wacananya kuotanya 4+1. Yakni setiap klub hanya bisa merekrut empat pemain asing dan satu pemain asing dari Asia Tenggara. Aturan lama musim ini adalah 3+1.
Yang menjadi perdebatan adalah soal wacana regulasi pemain naturalisasi dengan kuota 1+1. Yakni satu pemain asing non-ASEAN dan satu pemain asal Asia Tenggara. Kuota pemain rencananya setiap klub bisa merekrut 35 orang.
Pemain PERSIS Solo Irfan Bachdim ikut bersuara. Irfan menjelaskan dia memang bukan pemain naturalisasi, namun dia ikut mengkritisi kebijakan ini.
Dia tak menampik banyak orang berpikir dia adalah pemain naturalisasi, Ini karena dia ada campuran Belanda-Indonesia, dan lama tinggal di Belanda.
“Tapi itu tidak akan mengubah fakta bahwa saya akan berdiri untuk sesuatu yang tidak benar menurut pendapat saya. Dan itu adalah aturan yang akan datang, yang mungkin akan terjadi di musim depan,” tulisnya di akun Instagram pribadinya @ibachdim.
Ceita Perjalanan Karir
Irfan menceritakan perjalanan karirnya. Lika-liku sebagai pemain sepak bola yang sangat dia cintai.
“Seorang anak lelaki dengan ayah orang Indonesia yang bangga membesarkan dan mengajarkan saya dari mana saya berasal.
Seorang anak lelaki yang akan pergi ke sekolah dengan Garuda menempel di tas punggungnya, dan bendera Indonesia di jaketnya. Karena dia bangga darimana asalnya. Itulah saya tumbuh dewasa berbangga menjadi orang Indonesia,” ujarnya.
Bermain untuk Tanah Air, itulah mimpi terbesar Irfan. Kala berumur 16 tahun, dia hampir saja meraih kesempatan itu. Dipanggil untuk Timnas U-21 proyeksi Asian Games di Qatar, sayang dia tidak bergabung karena dihinggapi cedera.
“Beberapa tahun kemudian saya memutuskan datang ke Indonesia untuk mencari tim. Dengan harapan saya bisa bermain di sini dan mewujudkan mimpi bisa bermain untuk tim nasional,” bebernya.
Beberapa tim coba dijajal olehnya. Bahkan sudah sampai tahap tryout, seperti PERSIB Bandung hingga PERSIJA Jakarta. Tapi keberhasilan belum digapai Irfan kala itu.
“Tahun 2010 saya mendapatkan kesempatan datang ke Indonesia untuk pertandingan amal. Dengan coach Timo (Scheunemann) di tribun menonton pertandingan saya. Dia menyukai cara bermain saya dan dia lah orang yang memberi saya kesempatan untuk bermain disini dan mewujudkan mimpi saya,” tambahnya.
Dari ceritanya ini, Irfan menggambarkan mungkin ada orang berdarah Indonesia sepertinya yang sangat bangga menjadi orang Indonesia.
“Kenapa kita berbeda sekarang?. Banyak pemain asing yang menikah dengan perempuan Indonesia dan punya anak Indonesia. Kenapa mereka berbeda? Mungkin ada pemain yang sudah lama tinggal di Indonesia dan mencintai negara kita. Membantu sepak bola kita dan diberikan paspor Indonesia, kenapa mereka berbeda?,” keluhnya
(Okta Riska/Foto: Okta Riska)